DARI SILAHTURAHMI MENDAPAT BERKAH DAN HIDAYAH

Sebuah undangan persis saya dapatkan saat pulang ke kampung halaman di awal 2009 silam, undangan yang selama ini sudah saya tunggu, semenjak lulus SMK di tahun 2004, komunitas seni yang pernah saya ikuti mengadakan acara temu kangen dengan berbagai acara yang menarik.

"Pertunjukkan seni"
Adalah salah satu acara yang sangat saya tunggu, maklumlah sudah lama rasanya saya tidak ada diatas panggung untuk pentas drama atau prolog, dengan semangat 45 tentu saja saya menyiapkan sebuah pertunjukkan saya sendiri, saya ingin membawakan musikalisasi puisi, dan tiba-tiba telpon pun berdering.

"Assalamualaikum teman, gimana ntar dateng ga?" tanya kang Dani diseberang telpon.
"Insya allah dateng, ntar suami juga saya ajak".
"Siip deh,kalau ga ada, ga serulah, anak-anak yang lain pada nungguin".
"Kumpul ditempat biasakan?"
"Yo ah, jangan lupa siapin diri buat pentas, dan kado"

Nah kado disini memang sangat wajib dibawa katanya, berupa makanan minimal 30 ribu "nah loh buat apa?", mungkin buat seru-seruan kali ya, ok lah saya pun akan membawanya. Saya sempat membayangkan bagaimana serunya acara nanti, ini bukan acara silahturahmi kayak biasanya dalam sebuah reuni, cipika cipiki atau nanya "anak berapa? kerja dimana? suami kerja apa?", nah hapus tuh kata-kata seperti itu, karena dalam acara ini para alumni yang pernah tergabung akan melepas rindu dalam sebuah panggung pertunjukkan, ilmu seni yang pernah kita dapat akan kita perlihatkan pada generasi selanjutnya.

Hari itu pun datang, sedikit kecewa karena suami tidak bisa mendampingi, katanya "mau tidur saja, nanti dijemput kalau udah beres", padahal saya ingin suami menyaksikan, tapi tak apalah dari pada suami tidak nyaman dan kelelahan, mending dia istirahat, dan saya sempat bertanya "bener ga apa-apa?yakin ga mau ngawasin istrimu tercinta?", dan tak disangka untuk pertama kalinya suami bisa membuat kata yang indah, yang membuat saya tersipu malu, "yakin istriku, saya percaya istriku bisa menjaga hati dan cintanya hanya buat suaminya ini", perkataannya itu begitu menyentuh hati saya.

Ditempat acara saya bertemu dengan beberapa sahabat lama, ada Awal si jago pantomim, Desi sang dalang, Agung penari topeng, Echi yang serba bisa, mantep deh saya bisa bertemu dengan mereka lagi, suasana gedung sedikit ramai, maklum sudah lama sekali tidak bertemu, jadi jangan salah saya dan yang lainnya juga ikutan heboh.

PERHATIAN!!, suara kang Dani terdengar keras dan lantang, "Terima kasih kalian sudah datang, nah sepertinya kita meski berjalan beberapa meter ke arah barat ya, karena acaranya bukan disini, melainkan ditempat lain", nah loh sedikit bertanya-tanya "pantesan, ga ada panggung, terus dimana?", sama seperti yang lainnya, juga mulai kebinggungan.

Akhirnya kami mengikuti arahan panitia, dan berjalan bersama ketempat yang dituju, sedikit menjadi perhatian orang sekitar , mungkin pikiran mereka "mau demo kemana neh orang-orang", dan sesungguhnya memang kami berjalan seperti orang yang mau berdemo, dengan sepanduk dan barang bawaan lainnya, tapi menurut saya, kami seperti mau mengungsi...hehehe.

"Panti Werdha"
Wow, itu membuat mata kami terbelalak seakan tidak percaya "beneran acaranya disini?" tanya Desi, "kayaknya seh Des" jawabku tanpa pasti. Panitia mulai mengarahkan kami kesebuah gedung, karena acara akan dimulai. Oklah kami semua pun berjalan masuk, dengan berbagai pertanyaan dihati. Didalam gedung seorang panitia, meminta kado yang kami bawa untuk disimpan di sebuah meja yang telah disediakan, setelah itu panitia memberi sambutan, bahwa acara ini sengaja dibuat sebagai silahturahmi generasi baru dengan lama, serta berbagi kasih sayang dengan para orang tua dipanti ini.

Tanpa kami sadari air mata kami menetes, saat para orang tua yang sudah lanjut usia itu dibawa masuk oleh pengurus panti, dan saat kami tahu, bahwa dipanti itu bukan saja orang yang dibuang keluarganya, tapi ada juga yang sengaja dititipkan, "Ya Allah inikah balasan untuk mereka yang telah bersusah payah mengurus anak dengan penuh kasih sayang? sungguh tega anak yang berbuat seperti itu, membiarkan orang tua diurus orang lain".

Membuat saya dan yang lain menangis, adalah mendengar cerita yang diutarakan oleh pengurus panti, ada anak yang memberi biaya untuk mengurus ibunya dipanti ini, tapi apa pantas seorang anak yang mampu, tidak bisa mengurus orang tuanya sendiri?. Jujur, saya jadi teringat dengan nenek yang sudah tiada, saat sakit dan mendekati hari akhirnya, kami "anak serta cucunya" tak sedikit pun beranjak, malah terus mendampingi sepenuh hati, tak ingin sedikit pun meninggalkannya, tapi saat melihat para lansia di panti itu begitu menyedihkan, biarpun para pengurus panti menjaganya dengan baik, dan tempatnya pun bersih serta nyaman, tetap saja itu begitu menyakitkan, bahkan mungkin saja di hati mereka pun "menangis" karena jauh dari anak cucunya.

Satu persatu kami membuat pertunjukkan, ada yang tersenyum dan tertawa, dan itu membuat hati kami pun senang, malah ada salah seorang nenek tertidur pulas, nah saat pertunjukkan pantomim yang dibawakan Awal, membuat seorang kakek naik keatas panggung (sayang saya yang tidak bisa memperlihatkan fotonya, karena file saya hilang beberapa tahun lalu).

Ada yang berbeda dengan pertunjukkan Desi kali ini, raut wajahnya begitu sedih, malah setelah  dia turun dari panggung, langsung memeluk erat saya sambil menangis "Heh Des kenapa?", "aku kangen mama sama papa" ucapnya sedih. Saya begitu terkejut saat tahu bahwa ayahnya sudah tiada dan ibunya menikah lagi, tapi Desi tidak setuju dan memilih pergi. "Des mungkin ada alasan lain dibalik keputusan ibumu menikah lagi, demi kamu dan adikmu mungkin" ucapku. "Aku salah...aku pengen ketemu mama" ucap Desi.

Setelah acara selesai, kami terpisah lagi, saya mendapat kabar dari Desi, bahwa dia telah kembali tinggal dengan Ibunya, senang sekali mendengarnya. Desi telah mendapat hidayah dari indahnya silahturahmi di panti Werdha, dia bisa bersatu dengan Ibunya, dan saya pun mendapat berkah yang luar biasa setelah acara itu yaitu "positif hamil", jadi saya akan resmi menjadi ibu. Saya bisa rasakan bagaimana susah senangnya menjadi seorang ibu dan tentunya suami sebagai seorang ayah, ucapan terima kasih kepada orang tua kami yang telah susah payah mengurus dan membesarkan kami dengan penuh kasih sayang, sampai kapan pun kami akan menyayangi kalian. Sesusah atau sesenang apapun kami sebagai seorang anak, akan selalu memberikan yang terbaik buat orang tua, mendoakan mereka selalu sehat dan selalu bersama dengan kami "anak cucunya".

Dan karena silahturahmi itu indah, yang akan memberikan kita kebahagiaan yang tidak ternilai, pahala, berkah dan hidayah pun akan kita dapatkan. Dengan silahturahmi rejeki pun akan selalu lancar.



"GiveAway Indahnya Silaturahmi, Lavender Art"

8 komentar

  1. Masyaallah.. indah sekali mak... sy jd ikut sedih sekaligus terharu...
    Semoga org2 yg menitipkan ortu mereka di panti membaca tulisan Mak Lis....
    Terimakasih ya mak atas tulisannya yg diikutkan dalam GA saya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mak Irowati, ini sebenarnya kali ke 2 saya kepanti werdha, dulu pas yang pertama lagi ngeospek mahasiswa baru, beneran deh bikin air mata terus jatuh melihat para lansia itu, kasihan jauh dari anak....

      Sama-sama mak...

      Hapus
  2. wahh subhanallah indahnya bersilaturahmi

    BalasHapus
  3. indahnya bersilaturahmi... klo ga salah guru agama juga pernah bilang deh klo kita harus ngejaga tali silaturahmi

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mas Yandhi...silahturahmi itu diharuskan, kalau yang memutuskan silaturahmi lebih dari 3 hari itu dosa...bener ga?

      Hapus
  4. masya allah. benar membuat hatiku berkaca kaca mbak dan ada sebuah rasa haru yang dalam . siiep

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terima kasih mas Muhammad.....sampe berkaca-kaca gitu

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.